Sabtu, 10 Juli 2010

KEPERAWATAN KELUARGA BARU MENIKAH

Askep ps. Baru menikah
Perkawinan
Adalah ikatan lahir dan batin sbg suami istri (pernikahan) untuk
menciptakan kelg. Bahagia dan kekal ( UU.No. 1 thn 1974)
Tujuan :
1. M’persatuk’ dua orang manusia dewasa yang saling m’lengkapi dan saling menolong
2. Kesempatan yang luhur u/ m’memberi dan menerima cinta secara syah, sehat & bertanggung jawab
3. M’peroleh keturunan u/ m’ciptakan kelg. bahagia & sejahtera
4. K’sempatan mulia u/ mengasuh & m’didik anak u/ peningkatan kualitas generasi
5. K’ sempatan m’ngembangkan diri dan peran sosial masing-masing dlm kelg. & masyarakat.

Perkawinan harmonis
Adalah Suami istri melaksanak’ fungsinya sesuai dg peran ,harkat &
kodratnya masing2, sehingga t’cipta hubungan suami istri serasi, selaras
& seimbang.

CIRI PERKAWINAN YANG HARMONIS
1. Adanya perasaan satu serta berkurangnya usaha u/ m’p’ tahank’ hak dan kepentingan diri sendiri
2. Adanya perasaan saling mengerti
3. Adanya perasaan saling m’miliki, seseorang merasa menjadi bagian yang lain shg selalu mementingkan pasangan
4. Adanya perasaan saling b’tanggung jawab t’hdp resiko yg t’jadi dalam klg.
5. Adanya perasaan kebersamaan dalam kondisi suka dan duka.
6. Adanya perasaan aman dan merasa saling dibutuhkan , dicintai, dipercaya, dihargai dan didengar.
7. Saling b’komunikasi yang sehat dan tidak takut m’ngungkapkan perasan pd pasangan.
8. Kehidupan sexual yg sehat dan saling memuaskan.

Membina perkawinan yg harmonis
Sikap istri dan suami
* Kepercayaan dan hormat m’hormati ,kasih sayang ,p’hargaan
* Tempatkan suami sebagai kepala klg dan Istri sebagai mitra yg sejajar
* Saling melengkapi
HAL-HAL YANG MENUNJANG P’KAWINAN YANG HARMONIS:
* Iman dan taqwa
* Saling setia, Saling percaya, saling m’hormati, saling menolong, saling
m’hargai, saling mengalah, saling berbagi rasa, saling b’komunikasi
* Mengembangk’ minat bersama dan minat p’orangan.
MENGINDARI HAL2 YG MENGGANGU P’KAWINAN:
* M’utamakan lahiriah & materialistik.
* Egois, Cemburu yg berlebihan, egois, tidak setia, emosi tidak stabil, harapan tidak realistik.
* Ikut campur pihak ketiga.

Petunjuk utk istri
• Ungkapkan rasa cinta
• Terima perkawinan apa adanya
• Penuhi kebutuhan Suami
• Lepaskan ketergantungan pada orang tua
• B’rikan pujian & p’hargaan kepada suami
• Jangan cemburu berlebihan dan ingin menguasai
• Jangan ubah suami dg kritik tapi rubahlah diri sendiri nanti suami akan berubah sendiri
• Sambut suami dg Kasih sayang
• Jangan ingin di layani/merasa istimewa
• Sabar

Petunjuk utk suami
• Jadi pelindung istri dan keluarga
• P’lakukan istri dengan penuh kasih sayang
• Urus RT sbg T.J b’sama
• Hindari sikap merendahkan harga diri istri
• Jangan m’abaik’ hal2 kecil, mana tahu hal itu b’harti bagi istri
• Luangkan waktu u/ istri dan kelg.
• Dengan keluan istri
• Kenali perubahan suasana hatinya
• Libatkan istri dalam mengambil keputusan
• Hargai istri, karena ini m’rupakan kebanggaan baginya

Karakteristik keluarga
• Perpindahan dari status lajang
• Perubahan fungsi menjadi suami–istri
• Menjadi anggota keluarga pasangan (menjadi sistem yang lebih besar)
• Mempunyai pola organisasi & struktur baru tersendiri yang mempengaruhi fungsi
Tugas perkembangan keluarga
1. M’Bangun P’kawinan yg saling m’muaskan u/ m’nyiapkan s/u kehidupan b’sama yg baru:
 Belajar hidup bersama
 Saling m’nyesuaikan diri
 Sumber potensi 2 orang digabungk’ , P’bedaan yg ada akan m’p’kaya hub. Perkawinan.
 Perbedaan bila di tangani secara memuaskan , akan t’cipta hubungan perkawinan yg m’muaskan ; Empati, P’dekatan thdp komplik, Komunikasi t’buka, Sopan, dan hormat-menghormati.
 Kesuksesan m’embangkan hub. p’kawinan di pengaruhi juga bagaimana masing-masing pasangan di pisahkan dr. kelg. Asal, shg t’bentuk identitas diri dan hubungan intim yg sehat.
2. M’hub.kan jaringan p’saudaraan yg harmonis:
* M’jadi anggota dari tiga keluarga
* Kepuasan semua fihak
* Otonomi kelg. thdp campur tangan pihak lain
3. M’diskusikan rencana memiliki anak.:
* Keputusan b’sama ; Jml anak, kapan punya anak?
* Rencana KB

MASALAH KESEHATAN:
 Penyesuaian sexual dan peran perkawinan
 Penyuluhan dan konseling KB
 Penyuluhan dan konseling prenatal
 Komunikasi Verbal

Family care plant
Ex. GG. Komunikasi Verbal.
• Peran perawat : Fasilitator, Nara sumber, Mendengar dg serius, Empati, Menindak lanjuti; klarifikasi, memberikan dorongan untuk dg eksplorasi fikiran dan perasaan.

INTERVENSI:
 KOGNITIF/PENGETAHUAN;
* M’berikan informasi ttg komunikasi efektif
* Pendidikakan Keluarga
* M’bantu kelg. dlm p’mecahan masalah
* M’bantu kelg. memiliki pandangan positif t’hadap situasi
Contoh : Marah ( pasien t’singgung, sakit hati, ditolak Kelg. B’respon positif: Bukan berbalik marah/ b’musuhan

 AFEKTIF/SIKAP:
* Mengubah Ekspresi emosi mjd komunikasi yg intens,
* Kualitas komunikasi di modifikasi.
• M’ bantu kelg. M’eksplorasi dan m’bagi perasan satu sama lain, shg keb. Emosional dapat di sampaikan dan direspon dg baik, t’ciptanya komunikasi yang jelas, mempermudah upaya-upaya, p’mecahan masalah.

 PRILAKU/PSIKOMOTOR
* M’bantu kelg. Belajar cara2 komuniksai yg lebih sehat



Askep klg dg child bearing
Mulai dari hamil s.d bayi berusia 30 bln
ASKEP KELG. BUMIL & MENYUSUI
 Hamil yg kurang atau tdk terencana
@. Morbilitas dan mortalitas ibu-anak tinggi.
@. M’nelantarkan anak.
@. Sehat -sakit Ortu.
@. Masalah-masalah pd p’kembangan Anak.
@. P’selisihan dalam p’kawinan.

Masalah kesehatan
• Pendidikan maternitas pd. Kelg : perawatan masa nifas
• Perawatan bayi : perawatan tali pusat
• Pengenalan dan penanganan fisik secara dini
• Rencana KB dan Interaksi Kelg.

Masalah lain
• Ketidak adekuatan yankes perawatan anak
• Kurang fasilitas perawatan anak untuk ibu bekerja
• Hub. Anak dg orang tua
• Masalah-masalah m’asuh anak
• Kelalaian thdp anak
• Masalah-masalah transisi peran orang tua
KELAHIRAN
• Bahagia,
• Takut, khwatir, hal ini berkurang setelah bbrp hari karena ibu dan bayi saling mengenal.
• Kebahagian b’akhir setelah sampai di rumah
• Pasangan tiba-tiba b’selisih kerena perubahan peran , ini mrpk saat yang sulit :
• # P’rasaan tidak adekuat jadi ortu.
• # Kurang bantuan dari kelg. Teman.
• Nasehat yg m’nimbulkan komplik dari kelg. & teman
• Sering t’bangun tengah malam shg ibu terasa letih secara fisik & psikologis :
• Tugas sbg Ibu Rumah Tangga, Ibu pekerja, M’rawat bayi, M’derita sakit (Sectio Cecaria, Partus lama, kesulitan melahirkan).

KEDATANGAN BAYI :
• P’rubahan2; Keseimbangan kelg. berubah, Kelg. Mempunyai peran yg baru (sebagai ayah/ibu, nenek/kakek).
• Sangat berarti bagi saudaranya sama dengan pasangan baru menikah.
• Kedudukan sbg ortu mrpk t’amat penting bagi semua pasangan, namun sebagian pasangan merasakan sbg perubahan hidup yg sangat sulit, ini dikarenakan perubahan peran yg mendadak & tdk dipersiapkan menjadi ortu.

PERUBAHAN SOSIAL
Wanita b’kerja di luar rumah & b’karier.
Peningkatan angka p’ceraian & masalah p’kawinan.
P’gunaan alat kontrasepsi & aborsi.
Peningkatan biaya perawatan & memiliki anak mrpk faktor yg m’yulitkan pd tahap awal siklus k’hidupan mengasuh anak.
MASA TRANSISI MENJADI ORTU :
 Kelahiran anak pertama, mrpkan p’ngalaman kelg. yg sangat penting, ini mrpkan krisis dlm kelg.
Hasil penelitian Lemaster, 1957 t’hadap 46 ortu, yg berusia 25-35 th, t’dapat 17 % tdk m’punyai masalah atau masalah sedang, sisanya m’punyai masalah berat.
MASALAH YG LAZIM DILAPORKAN
Suami merasa diabaikan (paling sering).
T’dapat perselisihan & argumen antara suami/isteri.
Lelah sepanjang waktu.
K’hidupan sexual & sosial t’ganggu & menurun setelah kelahiran anak
MENURUT MILLER & SOLLIE, 1980
Masalah kelg. Dalam krisis adalah kelg. Mpy pemikiran yang salah & idealis ttg menjadi ortu, sebelum kelahiran anak pertama & kepuasan perkawinan yang menurun setelah lahir anak pertama.
MENURUT CLARK, 1966
Kesulitan dalam penyesuaian diri menjadi ortu, & kebutuhan yg penting setelah kelahiran anak pertama thdp kesinambungan yankep. Di rumah & klinik
MENURUT ROSSA & LA ROSSA, 1981
Terbatasnya waktu luang , komplik kepentingan diantara ortu, legitimasi thdp p’nentuan masalah-masalah persalinan yg m’yebabkan komplik kelg.

STRESOR DLM MENGASUH ANAK(MILLER & MYERS-WALLS)
Sedikitnya kebebasan pribadi karena tanggung jawab mengasuh anak
Kurangnya waktu & persahabatan dlm p’kawinan
Sulit punya anak
Anak cacat
TUGAS P’KEMBANGAN KELG.(DUVALL & MILLER,1985)
1. M’betuk klg. muda sbg sebuah unit yg mantap (m’integrasikan bayi baru ke dlm klg).
2. Rekonsiliasi tugas-tugas p’kembangan & kebutuhan anggota klg.
3. M’pertahankan hubungan p’kawinan yg m’muaskan.
4. M’perluas p’sahabatan dg kelg. besar dg m’nambahkan peran ortu, kakek & nenek.
PERAN PERAWAT
 M’kaji peran sbg ortu : Bgm kedua ortu b’interaksi dg bayi, Bgm respon bayi & Cara perawatannya?
 Dampak penting m’lahirkan : hub. positif antara anak & ortu.
 Sikap ortu ttg mereka sendiri sbg ortu.
 Sikap mereka thdp bayi mereka.
 Karakteristik komunikasi ortu.
 Stimulasi bayi.
 Perubahan-perubahan peran & adaptasi thdp tanggung jawab ortu yang baru biasanya lebih cepat dipelajari ibu-ibu dari pada ayah.
 Kebiasaan tradisional tdk m’libatkan pria dlm Ante Natal Care: m’perlambat pria m’lakukan perubahan peran oleh karena itu m’halangi keterlibatan emosional mereka.
 Kesadaran yg meningkat ttg peran ayah dlm perawatan anak & p’kembangan anak terjadi pd kalangan kelas menengah keatas.



TAHAP P’KEMBANGAN ORTU(FRIEDMAN 1957)
1.Masa bayi.
Ortu m’pelajari arti & isyarat-isyarat yg diekspresikan o/ bayi u/ m’ngutarkan kebutuhan-kebutuhannya.
2. Belajar u/ menerima tumbang anak yg terjadi dlm usia b’main : butuh bimbingan & dukungan .
* M’mahami tugas-tugas yg harus dikuasai oleh anak & kebututuhan anak : keselamatan & toilet training)
* M’mahami konsep p’kembangan : perlu bimbingan u/ ortu.

PERUBAHAN POLA KOMUNIKASI(FRIEDMAN,1961)
 Ortu berbicara & berkelakar lebih sedikit, pembicaraan yg merangsang lebih sedikit & kualitas interaksi menurun.
 Beberapa ortu merasa kewalahan dg bertambah tanggung jawab, terutama untuk suami/isteri yg bekerja secara utuh.
 Hubungan Sex: umumnya menurun :
* Menurunnya daya tarik sexual,
* Perasaan suami tersingkirkan o/ bayi,
* Ibu tenggelam dlm peran baru,
* Keletihan.

KEMUNGKINAN DX. KEP.
 Disfungsi sexual
 Menyusui tdk efektif
 GG. Tumbang
 Perubahan penampilan peran
 GG. Komunikasi verbal
 GG. Nutrisi:< kebut. Tubuh
 Imunisasi

TAHAP PERKEMBANGN KLG. DG IBU MENYUSUI
EXTALTION FHASE
(Bayi baru lahir sampai ortu m’bawa bayi pulang)
P’kembangan Individu :
* Individu dewasa menerima tugas sbg ortu.
* Pasangan S/I saling menerima peran sbg ortu.
* Ortu : belajar ttg perawatan bayi.
* Bayi : b’ kembang keterampilan fisiologis untuk b’tahan hidup : m’isap, menelan.

P’kembangan Keluarga
 M’ nyadari keberadaan bayi
 M’nerima tanggung jawab baru
 B’orientasi t’hadap peran ortu
 Mulai dekat dg anak.

HOME COMING FHASE
( Bayi di bawa pulang ke rumah sampai umur 3 bulan)
Pasangan m’peroleh kembali kedekatan & b’kembang hub. Perkawinan yg lebih baik.
 Ortu: m’embangkan kepercayaan & kemampuan dlm peran sbg ortu & p’asuh anak , belajar isyarat-isyarat bayi.
 Bayi : m’hadapi hal-hal yg rutin.
 Sibling: kepercayaan, otonomi.
 M’buat ruangan u/ bayi dlm hubungan dengan ortu.

P’kembangan Keluarga :
 P’nyesuaian ke hidupan klg. terhadap bayi.
 Support selama suasana hati masih labil.
 Penyesuaian bayi.
 Penyesuaian thdp pembagian tugas & tanggung jawab u/ mengurangi kelelahan selama 24 jam.
 Ayah menerima peran sbg pengambil keputusan.

Stabilizatio Fhase
Perkembangan Individu
* Ortu: Belajar menerima tumbang
* Anak; Belajar mandiri

Perkembangan kelg.
 Membangun kehutuhan klg, menciptakan suasana rumah yg menyenangkan u/ semua anggota klg.
 Menyesuaikan sumber-sumber yg ada u/ memenuhi kebut. anak
 Lingkungan rumah yg aman u/ anak
 Menyediakan anggaran
 Merencanakan u/ masa depan anak
 Membangun kembali hub. dg kelg.



PROSES P’KEMBANGAN KLG DG BAYI MEMERLUKAN:
• INTENALISASI KEBERADAAN BAYI
• PERLUNYA MENCAPAI PENYESUAIAN
• M’BENTUK KEUTUHAN SUATU KLG.

CIRI2 TUNTUTAN P’KEMBANGAN YG DIPERLUKAN BAYI
 M’PEROLEH RASA AMAN DAN RASA PERCAYA DIRI dari LINGKUNGAN
 RASA AMAN pd BAYI DIPEROLEH MELALUI SENTUHAN FISIK yg MENYENANGKAN dg IBUNYA, USAHAKAN kurangi MENGALAMI KEJADIAN yg kurang MENYENANGKAN.

SIKAP ORTU yg DIPERLUKAN
 PENUH KASIH SAYANG dlm MERAWAT & MENGASUH ANAK, HAL INI AKAN MENIMBULKAN RASA AMAN SERTA RASA PERCAYA DIRI pd BAYI
 KESIAPAN IBU pd SETIAP SAAT DIBUTUHKAN O/ BAYI, JUGA MENIMBULKAN RASA AMAN DAN PERCAYA DIRI
 BERIKAN ASI SESUAI dg KEBUTUHAN BAYI
 PEMBERIAN PASI DILAKUKAN SEPERTI ASI dg MEMELUK
 BILA REWEL CARI PENYEBABNYA
 AJAK BAYI BICARA KETIKA KEGIATAN
 AJAK BERMAIN SAMBIL TERSENYUM
 SENANDUNG +DIAYUN hingga ANAK TERTIDUR
 PERKENALKAN BERMACAM2 BENDA SESUAI dg TK. TUMBANG ANAK

MASALAH yg MUNGKIN MUNCUL pd TAHAP INI :
 KESULITAN MAKAN
 MUDAH TERANGSANG /MARAH/T’SINGGUNG
 MENOLAK SEGALA SESUATU yg BARU
 SIKAP & TINGKAH LAKU yg SEOLAH2 NGIN MELEKAT pd IBU & MENOLAK LINGKUNGAN, BILA TIDAK TERATASI BISA MENYEBABKAN GG.JIWA. Spt: Depresi, adiksi obat, schizoprenia (Gg. Kejiwaan dg kepribadian yg terpecah).

Askep keluarga dengan anak pra sekolah
 KELUARGA DENGAN ANAK PERTAMA B’USIA 2,5 th -5 th ANAK HARUS MENCAPAI OTONOMI yg CUKUP TANPA CAMPUR TANGAN ORTU Dg CARA B’GABUNG Dg KELOMPOK BERMAIN: PLAY GRUP, PADU, TK U/ M’BANTU PERKEMBANGANNYA
 KLG TDD : 3-5 ORANG, LEBIH MAJEMUK & B’BEDA
 KEHIDUPAN KELG. SANGAT SIBUK DAN ANAK SANGAT TERGANTUNG pd ORTU
 ORTU HARUS MENGATUR WAKTU SEDEMIKIAN RUPA U/: KEBUTUHAN ANAK, SUAMI, ISTRI DAN PEKERJAAN
 BAGI ORTU TUNGGAL MRPK STRES MENGASUH ANAK & TUGAS POKOK LAIN.
 ORTU MENJADI ARSITEK KLG. : MERANCANG DAN MENGARAHKAN PERKEMBANGAN KLG. AGAR K’HIDUP’ P’KAWINAN TETAP UTUH DAN LESTARI Dg CARA MELANGGENGK’ HUB. KERJASAMA ANTARA SUAMI-ISTRI

Tugas perkembangan keluarga
1. M’MENUHI KEBUTUHAN ANGGOTA KLG. : RUMAH, RUANGAN BERMAIN, PRIVASI, RASA AMAN.
 RUANGAN YG ADEKUAT PERLU BAGI ANAK DALAM BERMAIN U/ MENGEKSPLORASI DUNIA SEKITARNYA DAN MEREKA PERLU PRIVASI SENDIRI.
 PERALATAN & FASILITAS HARUS B’SIFAT MELINDUNGI ANAK, KARENA PADA TAHAP INI KECELAKAAN MENJADI PENYEBAB UTAMA KEMATIAN DAN KECACATAN,
 OKI/ M’KAJI KEAMANAN RUMAN M’RUPAKAN HAL YANG PENTING O/ PERAWAT KUMUNITAS SERTA PENYULUHAN KESEHATAN TTG CARA2 PENCEGAHAN KECELAKAAN.
 SERING TERPAPAR PENYAKIT INFEKSI
 KECELAKAN spt: JATUH, LUKA BAKAR, TENGGELAM

2. MENSOSIALISASIKAN ANAK
 ANAK MENGEMBANGKAN SIKAP DIRI SENDIRI(KONSEP DIRI) & SECARA CEPAT BELAJAR MENGEKSPRESIKAN DIRI, spt. NAMPAK dlm KEMAMPUAN MENANGKAP BAHASA LISAN MAUPUH TUBUH dg CEPAT.
 SECARA PERLAHAN MENERIMA LEBIH BANYAK T.J PERAWATAN DIRI SENDIRI (BELAJAR MANDIRI) DAN MEMBANTU ORTU dlm PEKERJAAN RT.U/PEREMPUAN & U/ ANAK LAKI2 PERLU ADA AYAH YG HANGAT/PENGANTI sbg CONTOH shg PERAN LAKI2 dpt TERBENTUK , DISINI Bukan PRODUKTIVITAS yg PENTING TETAPI PROSES BELAJAR dari Seorang Anak.
 IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN
 MENGINJAK MASUK SEKOLAH, B’PISAH BAGI ANAK & ORTU SULIT OKI/ PERLU PENGUASAAN TUGAS2 PERKEMBANGAN DAN KONTRIBUSI ORTU UNTUK MENINGKATKAN OTONOMI MEREKA & ANAK PERLU BERADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN TERSEBUT
 MENGINJAK ANAK MASUK SEKOLAH BERPISAH BAGI ANAK & ORTU SULIT OKI/ PERLU ADAPTASI BAGI ANAK & PENKES BAGI ORTU PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK & MEMBERIKAN KONTRIBUSI U/ MENINGKATKAN OTONOMI ANAK

3. MENGINTEGRASIKAN ANAK yg BARU LAHIR SEMENTARA TETAP MEMENUHI KEBUTUHAN ANAK2 Yg LAIN
 PENELITIAN MEMBUKTIKAN BHW KELAHIRAN ANAK KE-2 MPY EFEK Yg . > BESAR U/ M’RUSAK HUB. P’KAWINAN d/p KELAHIRAN ANAK -1 PERAN PERKAWINAN LEBIH SULIT
 FELDMAN, 1969 MELAPORKAN : PASANGAN SUAMI ISTRI MASING2 MERASAKAN P’RUBAHAN KEPRIBADIAN yg NEGATIF: KURANG PUAS dg KEADAAN DIRUMAH, INTERAKSI B’ORIENTASI pd TUGAS>>>
Askep anak usia sekolah
 KELUARGA DENGAN ANAK PERTAMA B’USIA 6th (ANAK SEKOLAH DASAR) - 13th (AWAL REMAJA).
 KELG. MENCAPAI JMLH ANGGOTA MAKSIMUM & HUBUNGAN KELUARGA DI AKHIR TAHAPAN INI (DUVALL, 1977).
 KEHIDUPAN KELG. SANGAT SIBUK DAN SETIAP ORANG MENJALINI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA SENDIRI.
 ORTU BERJUANG DENGAN TUNTUTAN GANDA YAITU BERUPAYA MENCARI KEPUASAN DALAM MENGASUH (TUGAS PERKEMBANGAN GENERATIVITAS) & MEMPERHATIKAN PERKEMBANGAN MEREKA SENDIRI SEMENTARA ANAK BEKERJA UNTUK MENGEMBANGKAN SENSE OF INDUSTRY – Kapasitas untuk menikmati pekerjaan & mencoba mengurangi rendah diri.
 TUGAS ORTU PADA TAHAP INI ADALAH MENGHADAPI PERPISAHAN (MEMBIARKAN ANAK PERGI).
 ADA BANYAK KECACATAN YANG TERDETEKSI DALAM TAHAP INI (SELAMA TAHUN-TAHUN SEKOLAH) DIANTARANYA EPILEPSI, RETARDASI MENTAL, KANKER, KONDISI ORTOPEDIK DSB)
 FUNGSI PERAWAT SELAIN FUNGSI RUJUKAN, MENGAJAR DAN MEMBERIKAN KONSELING MEMBANTU KELG. MELAKUKAN KOPING YANG POSITIF TERHADAP KECACATAN TERSEBUT.
 JIKA KELG. /ORTU MAMPU MENATA KEMBALI MASALH TINGKAH LAKU ANAK, & BERUPAYA MEMBERIKAN RESOLUSI , AKAN TERCAPAI BANYAK FUNGSI KELUARGA DAN TINGKAH LAKU ANAK YANG SEHAT (BRADT, 1988).

Tugas perkembangan keluarga
1. M’ SOSIALISASIKAN ANAK-ANAK TERMASUK MENINGKATKAN PRESTASI SEKOLAH & M’EMBANGKAN HUB. DGN TEMAN SEBAYA YG SEHAT.
2. M’PERTAHANKAN HUBUNGAN PERKAWINAN YANG MEMUASKAN
3. MEMENUHI KEBUTUHAN KESEHATAN FISIK ANGGOTA KELUARGA.

PENELITIAN BURR, 1970; ROLLINS & FELDMAN, 1970
Meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami isteri merupakan hal yang vital dalam bekerja pada keluarga dengan anak usia sekolah.


Askep keluarga dg. Anak remaja
karakteristik
 Anak berumur 13 th-20 th
 Menurut Preto (1988) Metamorfosis

keluarga pd masa ini p’kembangannya:
 Kematangan fisik pada remaja
 Ortu memasuki pertengan hidup
 Adanya kakek nenek dalam usia tua


3 Aspek proses perkembangan keluarga yang banyak menyita perhatian ( Adam, 1970)
 Emansipasi (Otonomi yang tinggi)
 Budaya orang Muda (Perkembangan hubungan dengan Teman Sebaya)
 Kesenjangan antara generasi (perbedaan antara nilai-nilai norma antara ortu dengan remaja)

Masa sulit
 Remaja ingin bebas
 Tugas orangtua: belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak
 Menerima remaja Apa adanya

Tugas perkembangan keluarga
1. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab, remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatnya otonomi
 Ortu melepaskan Otoritasnya.
 Ortu : Mengubah hubungan dari dependen kearah hubungan mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
 Yang selama ini terikat dengan pekerjaan sebagai ortu, dan sedikit waktu untuk perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka
 Karena kesenjangan antar generasi, komunikasi ortu dengan anak sering terganggu, yang menyangkut nilai dan gaya hidup.
 Hindari kecurigaan dan Permusuhan
4. Mempertahankan etika dan standar Moral
 Remaja mencari nilai dan keyakinan sendiri
 Remaja mencari indetitas diri dan Roll model/ Idolanya
 Sangan sensitif dengan ketidak cocokan antara perkataan dengan perbuatan
5. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Tipe kepempimpinan dalam rumah tangga
1. Rumah Tangga yang Otoriter
 Contoh : Ayah bersifat ditaktor dan Ibu bersifat lemah lembut ini akan mengakibatkan perkembangan jiwa anak terganggu / tidak sehat .
 Menurut Istilah Boldwin, Rumah tangga yang ditaktor disebut sebagai rumah tangga yang tidak ada adaptasi. Rumah tangga diwarnai pertentangan, pergumulan dan perselisihan.
 Antara ayah dan anak, yang sebenarnya dibutuhkan sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini Seorang remaja merasa kepentingan dan kegemarannya diabaikan atau dianggap tidak penting.

Sikap otoriter ini terbagi 2, yaitu :
• Dibawa sejak awal yg disebut dg” otoriter permanen” Seorang ayah tidak punya rasa cinta kpd anak2 nya.
• Bentuk otoriter yg tidak mau kompromi dg keinginan anak2 dan tidak mau bekerja sama, sehingga remaja punya hasrat yg besar untuk bebas dan merdeka. Perilaku yg ditunjukan remaja banyak menghabiskan waktu di luar rumah, Spt: pulang terlambat, begadang dsb.

2. Rumah Tangga yang Demokratis.
3. Rumah Tangga yang Terlalu Toleran.

Masalah2 kesehatan
1. Resiko Kecelakan Lalu Lintas : Cidera fisik, patah tulang
2. Penyalahgunaan Obat dan Alkohol
3. Kehamilan yang tidak dikehendaki
4. Resiko Komplik, krisis keluarga
5. Komunikasi remaja dengan orang tua
6. Koping keluarga tidak Efektif
7. Perubahan peran orang tua

Askep klg. Dg anak dewasa
Usia Dewasa dibagi 2 kategori:
 Dewasa Muda usia 20 thn-35 thn
 Dewasa setengan baya usia 36-64 thn.

Karakteristik Keluarga
 Anak pertama meninggalkan rumah
 Ibu kehilangan peran sebagai pendidik dan pembimbing anak
 Pasangan tinggal berdua sama suami-istri
 Anak berubah peran menjadi keluarga mandiri
 Ibu kehilangan feminisme, karena masa menopouse
 Ayah merasa maskulinitasnya menurun yang ditandai dengan menurunnya energi

Masalah kesehatan (Friedman,1998)
 Komunikasi kaum dewasa muda
 Transisi peran bagi suami istri
 Masalah orang/anak yang memberikan perawatan pada ortua
 Masalah sakit: Tinggi kolesterol, Hipertensi, Obesitas, penyakit krnis lainnya.

@. Perlu strategi promosi kesehatan/peningktan derajat kesehatan
@. Gaya hidup yang sehat
Tugas perkembangan klg.
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar ( Keluarga bertambah besar karena perkawinan Anak).
 Memperbaharui dan melanjutkan hubungan perkawinan (Kembali kemasa sebelum punya anak: Makan berdua, nonton berdua, rekreasi berdua).
 Menyibukkan diri dengan kegiatan: Ikut arisan, Organisasi sosial.
 Membantu orang tua lansia yang mulai sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri.

Askep klg. Dg usia pertengahan
Karakteristik klg ;
Usia pertengahan bagi orang tua :
 Dimulai dengan anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir, saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
 Biasanya dimulai saat usia ortu 45-55 th & berakhir 16-18 th kemudian.
 Merupakan kelg. inti meskipun sering berinteraksi dg ortu yg sdh lanjut usia & anggota kelg. lain dari kelg. Asal & juga anggota kelg. Hasil perkawinan keturunannya.
 Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan (sering kali lebih membaik).
 Distribusi pembagian kekuasaan antara suami & isteri lebih merata,
 Diferensiasi peran perkawinan meningkat.
 Tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yg paling baik.
 Kegiatan waktu luang dan persahabatan disebut sebagai faktor utama yg menimbulkan kebahagiaan.
 Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yg positif dg komunikasi yg baik.
 Akan tetapi bagi sejml pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit & berat, krn masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja.
 Kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung & terus menurun hingga tahun pertengahan.



Tgs. perkembangan klg.
1. Menyediakan lingkungan yg meningkatkan kesehatan
 Pengontrolan berat badan, diet seimbang, program olahraga yg teratur, dan juga memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.
 Motivasi utama karena adanya perasan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila ada seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke, atau kanker.

2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak anak.
 Dengan menerima dan menyambut cucu mereka dalam keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi.
 Tugas perkembangan ini dapat mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977).
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
 Sekarang pasangan tersebut benar-benar sendirian.
 Meskipun sebagai sambutan kelegahan bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah daripada sebagai orang tua.
 Dependensi dan indenpendensi antar pasangan perlu diuji kembali.
 Karakteristik umum pada masa ini berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan kebahagiaan yang membosankan.
Masalah kesehatan
1. Kebutuhan Promosi Kesehatan
2. Masalah-Masalah Hubungan Perkawinan
3. Komunikasi dan Hubungan dengan Anak, Ipar, Cucu, dan Ortu yang sudah lanjutan usia.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan :
 Membantu perawatan orang tua yang lanjut usia.
 Tidak mampu merawat diri sendiri

Askep klg. lansia
karakteristik
Usia Lanjut bagi orang tua :
 Dimulai dengan salah satu pasangan memasuki masa pensiun terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal ( Duvall and Miller, 1985).
 Biasanya dimulai saat usia ortu 65 th keatas.
 Bagi komunitas dengan keluarga individu dan keluarga besar menagani lansia memiliki konotasi negatif, seseorang dibebani dengan perasaan yang menyusahkan dengan masalah yang menekan.
 Generasi baru lansia berpendidikan lebih baik, lebih makmur, lebih sehat dan lebih aktif daripada lansia sebelumnya. Perubahan dalam sikap ini alan memperkokoh citra kaum lansia terhadap diri mereka sendiri.
 Karena Proses menua menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan maka akan ada beberapa stressor atau kehilangan kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan yang mengacaukan transisi peran. Meliputi : aspek ekonomi, perumahan, sosial, pekerjaan, dan kesehatan
 Dalam Kasus apa saja pensiun menuntut modifikasi peran dan merupakan saat terjadinya penurunan harga diri, pendapatan, status dan kesehatan paling tidak untuk sementara.
 Tapi meskipun timbul tuntutan tuntutan dan kehilangan yang baru kebanyakan melaoprkan sikap positif terhadap pensiun (Kell dan Patton, 1978).

Tgs. Pkembangan klg.
1. Mempertahankan pengaturan kehidupan yang memuaskan.
 Relokasi merupakan pengalaman traumatik bagi lansia baik suka rela maupun terpaksa.
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaan dan integrasi hidup).

Masalah kesehatan
1. Menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber sumber finansial, isolasi sosial, kesepian, dan banyak kehilangan lainnya, menunjukan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia.
2. Promosi Kesehatan tetap menjadi hal yang sangat penting khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pencegahan cidera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
3. Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (mungkin berkaitan dengan sejumlah masalah terutama Alzheimer) dan gangguan psikologi adalah masalah serius khususnya masalah penyakit fisik.

Proses Asuhan Keperawatan Komunitas

Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Konsep Dasar

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959). Suatu bidang dalam bidang keperawatan yang nerupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989).

Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapakan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).

Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan
Tujuan
• Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan masalah terjadi masyarakat dan agar pelaksanaan dilakukan secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
• Meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Fungsi
• Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan.
• Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandiriannya di bidang kesehatan.
• Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
• Agar masyarakat bebas mengeluarkan pendapat berkaitan dengan permasalahannya atau kebutuhannya.

Langkah-langkah Proses Keperawatan
1. Subdit perawatan kesehatan masyarakat Depkes RI
Membagi dalam empat tahap yaitu ; 1. Indetifikasi, 2. Pengumpulan data, 3. Rencana dan kegiatan, 4. Serta penilaian.
2. Freeman
Membagi dalam enam tahap yaitu ; 1. Membina hubungan saling percaya dengan klien, 2. Pengkajian, 3. Penentuan tujuan bersama keluarga dan orang terdekat klien, 4. Merencanakan tindakan bersama keluarga dan orang terdekat klien, 5. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, dan 6. Hasil evaluasi.
3. S.G Bailon
Membagi dalam empat tahap yaitu ; 1. Pengkajian, 2. Perencanaan, 3. Implementasi, 4. Evaluasi.

Dapat kita simpulkan langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah ;
1. Pengkajian. 4. Pelaksanaan.
2. Diagnosis Keperawatan. 5. Evaluasi atau penilaian.
3. Perencanaan

Pengkajian
Merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyakut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.

Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) Data Inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Uraikan mengenai lokasi, luas wilayah, iklim, tipe komunitas, keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
b) Data Demografi
Kaji jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras/suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga.
c) Vital statistik
Jabaran atau urtaian data tentang : angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
d) Status kesehatan komunitas
Dapat dilihat dari : angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, Cakupan imunisasi, status kesehatan kelompok berdasarkan kelompok umur: Bayi, Balita, Usia Sekolah, Remaja, dan Lansia, kelompok khusus di masyarakat: Ibu Hamil, Pekerja Industri, Kelompok Penyakit Kronis, Penyakit Menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana di bawah ini :
1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas.
2. Tanda-tanda vital : tekanan Darah, Nadi, Respirasi Rate, Suhu Tubuh.
3. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a. ISPA, Astma, TBC Paru
b. Penyakit kulit
c. Penyakit mata
d. Penyakit rheumatik
e. Penyakit Jantung
f. Penyakit gangguan jiwa
g. Kelumpuhan
h. Penyakit menahun lainnya.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a. Pola pemenuhan nutrisi
b. Pola pemenuhan cairan elektrolit
c. Pola istirahat tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas gerak
f. Pola pemenuhan kebersihan diri.
6. Status Psikososial.
a. Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan.
b. Hubungan dengan orang lain.
c. Peran di masyarakat.
d. Kesedihan yang dirasakan.
e. Stabilitas emosi.
f. Penelantaran anak atau lansia.
g. Perlakuan yang salah dalam kelompok (perilaku tindakan kekerasan).
7. Status pertumbuhan dan perkembangan
8. Pola permanfaatan fasilitas kesehatan
9. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan.
10. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.


2) Data Lingkungan Fisik
a) Pemukiman
1. Luas bangunan.
2. Bentuk bangunan: rumah, petak, asrama, pavilyun.
3. Jenis bangunan: permanen, semi permanen, non permanen.
4. Atap rumah: genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes.
5. Dinding: tembok, kayu, bamboo, atau lainnya (sebutkan).
6. Lantai: semen, tegel, keramik, tanah, kayu tau lainnya (sebutkan).
7. Ventilasi: kurang atau lebih dari 15-20% dari luas lantai.
8. Pencahayaan: kurang/baik.
9. Penerangan: kurang/baik.
10. Kebersihan: kurang/baik.
11. Pengaturan ruangan dan perabotan: kurang/baik.
12. Kelengkapan alat rumah tangga: kurang/baik.
b) Sanitasi
1. Penyedian air bersih (MCK).
2. Penyedian air minum.
3. Pengelolaan jamban: bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jaraknya dengan sumber air bersih.
4. Sarana pembuangan air limbah (SPAL).
5. Pengelolaan sampah: apakah ada sarana untuk tempat pembuangan sampah, bagaimana pengelolaannya: dibakar, ditimbun, atau cara lainnya sebutkan.
6. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
7. Sumber polusi: pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
c) Fasillitas
d) Batas-batas wilayah
e) Kondisi geografis

3) Pelayan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan kesehatan.
1. Lokasi sarana kesehatan
2. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
3. Jumlah kunjungan.
4. Sistem rujukan.
b) Fasilitas Sosial (pasar, toko, swalayan).
1. Lokasi.
2. Kepemilikan.
3. Kecukupan.

4) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan.
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan.
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan.
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.

5) Keamanan dan Tranportasi
a) Keamanan
1. Sistem keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b) Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki.
3. Sarana transportasi yang ada.

6) Politik dan Keamanan
a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan



7) Sistem Komunikasi
a) Sarana untuk komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi

8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
• Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas.
• Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia.
c) Jenis bahasa yang digunakan.

9) Rekrasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi.



Jenis Data
1) Data Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkap secara langsung melalui lisan.
2) Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukur.

Sumber Data
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau tenaga kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).

Cara Pengumpulan data
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan klien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien.
2) Pengamatan
Dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan.
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnossa keperawatan dengan cara :
I (Inspeksi) : Melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit.
P (Palpasi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami gangguan.
A (Auskultasi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi pada bagian tubuh tertentu.
P (Perkusi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk jari telunjuk atau refleks hammer pada bagian tubuh tertentu.

Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data.
Cara mengkategorikan data :
a. Karakter demografi
b. Karakter geografi
c. Karakter sosial ekonomi
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc. Farlane, 1988).

2) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly.
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data

Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data :
1) Menetapkan kebutuhan komunitas
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon komunitas
4) Menidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Penentuan Masalah Atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui maslah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi masyarakat, sekaligus dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya :
1) Perhatian masyarakat.
2) Prevalensi kejadian.
3) Berat ringannya masalah.
4) Kemungkinan maslah untuk diatasi.
5) Tersedianya sumber daya masyarakat.
6) Aspek Politik.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslow, yaitu :
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam penyusunan atau mengurutkan masalah atau diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas menurut Mueke & Stanhope, Lancaster (1988).

1) Format A (Mueke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas.
Diagnosa Keperawatan Komunitas Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber
Sesuai dengan perawat komunitas Jumlah yang beresiko Besarnya resiko Kemungkinan utk Pendidikan kesehatan Minat masyarakat Kemungkinan untuk diatasi Sesuai dengan program pemerintah Sumber daya tempat Sumber daya waktu Sumber daya dana Sumber daya peralatan Sumber daya orang Jumlah Score


Keterangan :
Score : 0-5, (0= terendah, 5= tertinggi)
2) Format B (Stanhope & Lancaster, 1988) ; Prioritas masalah.


No Kriteria Bobot Kriteria Masalah Bobot 1-10 Rasional Makna Masalah CXM
1 Kesadaran Masyarakat terhadap masalah
2 Motivasi komunitas untuk mengatasi maslah
3 Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
5 Beratnya akibat jika masih tetap
6 Cepat masalah teratasi

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang kasus dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama, yaitu :
1) (P) Problem (masalah) : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
2) (E) Etiologi (penyebab) : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
b. Lingkungan fisik, biologi, psikologi dan sosial.
c. Interaksi perilaku dan lingkungan.
3) (S) Sign atau Siymptom (tanda atau gejala) : informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa, serangkaian petunjuk timbulnya masalah.

Perumusan diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Dengan rumus PES
2) Dengan rumus PE

Jadi menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kemampuan masyarakat untuk mengnanggulangi masalah.
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat.

Sedangkan menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalah .... Sehat .... Sakit .....
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Menurut Logan & Dawkins, 1986 terdiri dari :
Diagnosis Resiko : ............. (masalah)
Diantara : ............. (komuniti)
Sehubungan dengan : ............. (karakteristik komuniti dan lingkungan)
Dimanifestasikan oleh : ............. (indikator kesehatan/analisa data)

Contoh diagnosa keperawatan :
1) Resiko terjadinya diaere di RW.02 Ds. Somowinangun lamongan sehubungan dengan:
• Sumber air tidak memenuhi syarat
• Kebersihan perorangan kurang
• Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh: banyaknya sampah yang berserakan, penggunaan sungai sebagai temapat mencuci, mandi dan pembuangan kotoran (buang air besar).
2) Tingginya karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:
• Kurangnya pemeriksaan gigi.
• Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan oleh: 62% karies dengan inspeksi pada murid-murid SDN Somowinangun Lamongan.
3) Resiko timbulnya penyakit: diaere, DHF, typoid, ISPA dan lain-lain sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan yang ditandai dengan:
• Letak kandang di dalam rumah 1,41%.
• Sistem pembuangan air limbah sembarangan 5,71%.
• Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%.
• Tidak mempunyai tempat pembuang sampah sementara 29,14%.
• Membuang sampah disembarangan tempat 18,86%.
• Tempat pembuangan sampah terbuka 58,29%.
• Pembuangan air dalam kondisi terbuka 4%.
• Kondisi air berwarna 1,14%.
• Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter: 10,8%.
• Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%.
• Rumah yang pencahayaannya remang-remang 10,28%.
• Penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%.
• Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%.
4) Potensial masyarakat RW 04 Ds. Somowinangun lamongan dalam meningkatkan kesehatan Balita sehubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan Balita yang ditunjang keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan:
• Hampir seluruh Balita dibawa ke posyandu setiap bulannya 91,14%.
• Hampir seluruh Balita telah diimunisasi lengkap 86,08%.
• Hampir seluruh Balita memiliki KMS 92,41%.
• Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%.

Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyususnan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: 1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan 3) Kriteria hasil untuk mencapai tujuan.

Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Berfokus kepada masyarakat.
2) Jelas dan singkat.
3) Dapat diukur dan diobservasi.
4) Realistik
5) Ada target waktu.
6) Melibatkan peran serta masyarakat.

Dalam mencapai tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang mencakup:
T= S + P + K.1 + K.2 (S= Subyek, P= Predikat, K.1= Kondisi, K.2= Kriteria)

Selain itu dalam perumusan tujuan harus memnuhi kriteria :
1) Dibuat berdasarkan goal= sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan.
2) Perilaku yang diharapkan berubah.
3) Harus SMART ( S= Specific, M= Measurable (dapat diukur), A= Attainable (dapat dicapai), R= Relevant/Realistic (sesuai), T= Time-Bound (waktu tertentu), S= Sustainable (berkelanjutan).


Contoh ;
Goal atau Tujuan

Nama Komuniti :………………………………….
Masalah :…………………………………
Goal :…………………………………

No Tanggal ditetapkan Tujuan Tanggal dicapai

(Anderson & Mc. Farlane, 1988)

Contoh kasus :
Mahasiswa akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandang Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.

Subyek : Mahasiswa Akper Gresik
Predikat : Membuat jamban umum
Kondisi : Swadaya dan gotong royong.
Kriteria : 1,5 bulan





Rencana Tindakan Keperawatan Yang akan Dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan kesehatan masyarakat adalah :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) atau lokakarya mini.
4) Pertimbangan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masyarakat.
6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7) Tindakan harus bersifat realistic.
8) Disusun secara berurutan.

Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
1) Menggunakan kata kerja yang tepat.
2) Dapat dimodifikasi.
3) Bersifat sfesifik.
• Siapa yang melakukan?
• Apa Yang dilakukan?
• Dimana dilakukan?
• Kapan dilakukan?
• Bagaimana melakukan?
• Frekuensi melakukan?

Contoh kasus :
Mahasiswa akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandang Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.




Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang akan dibuat adalah :
1) Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik: ”Pentingnya jamban bagi kesehatan masyarakat”, sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di Balai Desa).
2) Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal untuk menggalang dukungan.
3) Mahasiswa melibatakan partisifasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
4) Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain.
5) Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghibau dan mengajak masyarakat secara gotong royong membangun jamban umum.
6) Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum yang memenuhui syarat kesehatan (tenaga sanitarian).


PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ).
2) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan msyarakat berdasarkan azas kemitraan.

3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten.
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuan dan kemandirian serta bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, prinsip lain yang harus diperhatikan antara lain :
⊙ Berdasarkan respon masyarakat.
⊙ Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
⊙ Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya.
⊙ Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
⊙ Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan keperawatan masyarakat secara esensial.
⊙ Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
⊙ Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksaan perawatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan :
1) Keterpaduan antara : biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana dengan pelayanan kesehatan maupun sektor lainnya.
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran.
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan kesehatan.

EVALUASI atau PENILAIAN
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya.
Kegiatan evaluasi menurut Nasrul efendy, 1998 adalah :
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2) Menilai efektifitas proses keperawatan yang dilaksanakan dari tahap pengkajian sampai dengan proses pelaksanaan.
3) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencaan selanjutnya apabila maslah belum diatasi.

Evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi :
1) Formatif dan sumatif
2) Input, Procces dan Out put

Fokus evaluasi :
1) Relevansi: Apakah program diperlukan? Yang ada atau yang baru.
2) Perkembangan dan kemajuan: Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana? Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta?
3) Cost Efficiency (efesinsi biaya): Bagaimana biaya? Apa keuntungan program?
4) Efektifitas: Apakah tujuan tercapai? Apakah klien puas? Apakah focus pada formatif dan hasil jangka pendek?
5) Impact: Apakah dampak jangka panjang? Apakah perubahan perilaku ddalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun? Apakah status kesehatan meningkat?

Kegunaan evaluasi:
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.

Hasil evaluasi:
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan tersebut tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisa, diagnosa, tindakan dan faktor-faktor yang lain tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan

Konsep dasar Keperawatan Komunitas
(Consep Base Nursing Of Community)


Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antara manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalamhubungan serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga social demi untuk memelihara kesehatan masyarakat (Ruth B. Freeman, 1961). Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok yang mempengaruhi kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.
Dalam pelaksanaan “Nursing Proces Community”diupayakan dekat dengan masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan masyarakat dan secara universal upaya tersebut mudah terjangkau.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana: individu, keluarga dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatannya berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (Locality Development) merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat digunakan. Di dalam praktek keperawatan komunitas pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari 5 tahapan: Assessment (Pengkajian), Diagnostic (Penegakan Diagnosa), Planning (Perencanaan), Implementation (Pelaksanaan), dan Evaluating ( Evaluasi).

Definisi Komunitas

Menurut WHO (World Health Organization) 1974, komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.

Spradley (1985) mendefinisikan komunitas adalah sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.

Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan komunitas adalah sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menepati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas.

Souders (1991) mendefinisikan komunitas sebagai temapat atau kumpulan orang-orang atau system social.

Dengan demikian dapat disimpulkan komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat relative sama serta adanya interaksi satu sama lainnya.






Definisi Keperawatan Komunitas
American Nurses Association (ANA)(1973) suatu sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk.

Menurut WHO (World Health Organization) (1973) suatu sintesa dari praktek kesehatan keluarga (Nursing Health Family) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.

Ruth B. Freeman (1981) mendefinisikan keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan daan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

Departemen Kesehatan R.I (1986) mendefinisikan sebagai keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat.

Winslow (1920) adalah seorang ahli kesehatan masyarakat membuat batasan yang sampai saat ini masih relevan, yakni ”Public Health atau Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya: usaha-usaha pengoganisasian masyarakat untuk:
6) Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir.
7) Perbaikan kesehatan lingkungan.
8) Mencegah dan memberantas penyakit menular.
9) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat/perorangan.
10) Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatann derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Tujuan, Sasaran dan Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuannya adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct Care) terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General Community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
2) Menerapkan masalah kesehatan dan meprioritaskan masalah tersebut.
3) Merumuskan serta memecahkan.
4) Menanggulai maslah kesehatan yang mereka hadapi.
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (Self Care).



Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasarannya aadalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat.
1) Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
2) Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karrena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi.
3) Masyarakat
Sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan antara lain:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan, seperti: Ibu hamil, Bayi baru lahir, Anak Balita, Usia Lansia atau usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, antara lain: kasus penyakit kelamin, TBC, Kusta dan lain-lain.

Strategi Keperawatan Komunitas
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas:
1) Proses kelompok (Group Process)
2) Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
3) Kerjasama (Partnership)

Prinsip Keperawatan Komunitas
Yang menjadi prinsip dalam melaksanakan keperawatan komunitas haruslah mempertimbangkan:
1) Kemamfaatan (ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian)
2) Autonomi (diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif yang terbaik untuk komunitas).
3) Keadilan (tindakan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas komunitas).

Falsafah Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan baik: biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual terhadap komunitas.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum yaitu: manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang terdiri dari empat komponen dasar, yaitu: 1). manusia, 2). Kesehatan, 3). Lingkungan dan 4). Keperawatan.5) Manusia.

Komunitas adalah klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan dan daerah kumuh.
6) Kesehatan
Sehat adalh suatu kondisi terbatasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
7) Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.
8) Keperawatan
Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan klien atau komunitas menghadadpi stressor melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.


Perbedaan Keperawatan Klinik Dengan Keperawatan Komunitas
Perbedaaan pelayanan klinik dan keperawatan komunitas dapat ditinjau dari 5 aspek, yaitu:
1) Tempat kegiatan
2) Tipe pasien yang dilayani
3) Ruang lingkup pelayanan
4) Fokus utama
5) Sasaran pelayanan

Perbedaannya :
No Aspek Perbedaan
Klinik Komunitas
1 Tempat Kegiatan 1. Bangsal Perawatan
2. Klinik 1. Puskesmas
2. Rumah
3. Sekolah
4. Perusahaan-perusahaan
5. Panti-panti
2 Tipe Pasien yang dilayani 1. Orang sakit
2. Orang Meninggal 1. Orang sehat
2. Orang sakit
3. Orang meninggal
3 Ruang lingkup pelayanan 1. Kuratif/
pencegahan
2. Rehabilitatif/
pemulihan 1. Promotif atau peningkatan kesehatan
2. Preventif atau pencegahan kesehatan
3. Kuratif atau pengobatan
4. Rehabilitatif atau pemulihan
5. Resosiasi : pemulihan fungsi sosial pada masyarakat.
4 Fokus utama Rasa aman selama sakit 1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
5 Sasaran pelayanan Individu 1. Individu
2. Keluarga
3. Kelompok khusus
4. Masyarakat

Dari tabel di atas dapat dilihat ahwa perawat pada komunitas memiliki ruang lingkup kegiatan yang lebih luas. Oleh karena itu perawat kesehatan masyarakat dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang kesehatan masyarakat dan berbagai teknik yang berkaitan dengan perawatan pada masyarakat.

Tingkat pencegahan dalam keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.
Intervensi keperawatan mencakup:
1. Pendidikan kesehatan / keperawatan komunitas.
2. Mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat dilakukan di komunitas.
3. Intervensi keperawatan yang memerlukab keahlian perawat seperti: melakukan konseling pada remaja, balita, usila, pasangan yang akan menikah.
4. Kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam mengatasi masalah kesehatan di komunitas.
5. Rujukan keperawatan dan non keperawatan apabila diperlukan.
Berdasarkan pendapat Leavell dan Clark bahwa tingkat pencegahan dalam keperawatan komunitas dapat dilakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit (Prepathogenesis Phase) dan pada tahap Pathogenesis Phase.



1. Prepathogenesis Phase
Pada tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan Primary Prevention atau pencegahan primer. Pencegahan primer ini dapat dilaksanakan selama fase Prepathogenesis Phase suatu kejadian penyakit atau masalah kesehatan. Pencegahan dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsian dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya. Pencegahan primer merupakan usaha agar masyarakat yang berada dalam Stage of Optimum Health tidak jatuh ke dalam stage lain yang lebih buruk. Primary prevention dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu:
A. Health Promotion atau peningkatan kesehatan:
a) Pendidikan kesehatan atau health education
b) Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti: penyuluhan masalah gizi.
c) Pengamatan tumbuh kembang anak atau growth and development monitoring.
d) Pengadaan rumah sehat
e) Konsultasi perkawinan atau marriage counseling.
f) Pendidikan seks atau sex education.
g) Pengendalian lingkungan
h) Program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) melalui kegiatan imunisasidan pemberantasan vektor.
i) Stimulasi dan bimbingan dini atau awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan keperawatan pada anak atau balita penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan.
j) Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga lingkungan hidup manusia agar aman dari bibit penyakit seperti: bakteri, virus, dan jamur serta mencegah kemungkinan berkembangnya vector.
k) Asuhan keperawatan pre natal.
l) Pelayanan keluarga berencana (KB).
m) Perlindungan gizi (dental prophy laxis)
n) Perlindungan untuk pencegahan keracunan
Masalah kesehatan yang dicegah bukan hanya penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya, yaitu kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja dan lain sebagainya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menghitung tingkat marbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), fertilitas (kelahiran) dan disability (kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.
B. General and Specific Protection (perlindungan umum dan khusus)
Merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat, anatara lain :
a) Imunisasi
b) Hyegiene perseorangan
c) Perlindungan diri dari kecelakaan (accidental safety)
d) Perlindungan diri dari lingkungan
e) Kesehatan kerja (occupational health)
f) Perlindungan diri dari carsinogen, toxin, dan allergen.
g) Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
2. Pathogenesis Phase
Pada tahap Pathogenesis dapaty dilakukan dua kegiatan pencegahan yaitu:
1) Secondary Prevention (pencegahan sekunder)
Pencegahan terhadap masyarakat yang masih sedang sakit, dengan dua kelompok kegiatan:
a. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera/adekuat) antara lain:
1. Penemuan kasus secara dini (early case finding)
2. Penemuan umum lengkap (general check up)
3. Pemeriksaan missal (mass screening).

4. Survey terhadap kontak, sekolah dan rumah (contact survey, school survey, household survey).
5. Penangan kasus (case holding)
6. Pengobatan adekuat (adekuate treatment)
b. Disability limitation (pembatasan kecacatan).
1. Penyempuran dan intensifikasi terafi lanjutan.
2. Pencegahan komplikasi
3. Perbaikan falitas kesehatan
4. Perbaikan beban sosial penderita dan lain-lain.
Pada pencegahan ini menekankan pada upaya penemuan kasus secara dini pengobatan tepat atau ”early diagnosis and prompt tretment”. Pencegahan sekunder dimulai saat fase patogenesis (masa inkubasi) yang dimulai saat bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologik sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan dan keseriusan penyakit.
2) Tertiery Prevention (pencegahan tersier)
Yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yang setelah sembuh dari sakit serta mengalami kecacatan antara lain:
a. Pendidikan kesehatan lanjutan
b. Terapi kerja (work theraphy)
c. Perkampungan rehabilitasi sosial
d. Penyadaran masyarakat
e. Lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat, dan lain-lain.
Upaya pencegahan tertier dimulai pada saat cacat atau ketidakmampuan terjadi sampai stabil/menetap atau tidak dapat diperbaiki (irreversaible). Dalam pencegahan ini dapat dilaksanakan melalui program rehabilitasi untuk mengurangi ketidakmampuan meningkatkan efisiensi hidup penderita.Kegiatan rehabilitasi meliputi aspek medis dan sosial, dimulai pada fase lanjutan proses patogenesissuatu penyakit melalui PHN (Public Health Nursing).
Jadi pencegahan pada tahap pathogenesis ini dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan masyarakat yang sudah jatuh pada tahap sakit ringan, sakit, dan sakit berat agar sedapat mungkin kembali ke tahap sehat optimum.

Asumsi Dasar dan Keyakinan Dalam Keperawatan Komunitas
1. Asumsi Dasar
a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tertier merupakan komponen sistem pelayanan kesehatan.
c. Keperawatan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
d. Fokusutama adalah keperawatan primer, sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
2. Kenyakinan
Kenyakinan yang mendasari keperawatan komunitas adalah:
a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang.
b. Penyususnan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalan hal ini komunitas.
c. Perawat sebagai pemberi palayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerja sama yang baik.
d. Lingkungan dapaty mempengaruhi kesehatan komunitas, bai bersifat mendukung maupun menghambat, untuk itu perlu diantisifasi.
e. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
f. Kesehatan merupakan tanggung jawa setiap orang.


PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
DALAM


Pada masas transisi saat ini telah terjadi perubahan yang mendasar tentang keyakinan dan pandangan perawat terhadap hakikat keperawatan. Tindakan keperawatan pada masa dahulu yang bersifat vokasional, berorientasi pada tindakan medis dan berperan sebagai penunjang pelayanan medik sekarang mulai berubah ke arah pelayanan yang profesional, mempunyai bidang garap yang jelas, dan mempunyai otonami dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Definisi Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995).

Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat profesional antara lain: Care giver, Client advocate, Counselor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change agent, Consultant dan Interpersonal Process.

Role Of The Professional Nurse: (Doneny, 1987).






Peran Perawat
Berdasarkan konsersium Ilmu Kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : peran sebagai asuhanan keperawatan, advocate pasien (pembela, pendidik, koordinator, konsultan, dan peneliti.

Peran perawat menurut Hasil Lokakarya Keperawatan Tahun 1983:
1. Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
2. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan
3. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
4. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan
5. Perawat kesehatan masyarakat

Fungsi perawat
Definisi : suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain.
Fungsi perawat dalam melaksanakan perannya:
1. Fungsi independen
2. Fungsi dependen
3. Fungsi interdependen.